8.7.08

In Memoriam, Mbah Dirun



Ingin PSS Berprestasi Tinggi

Sebagian diantara kita baru menyadari jasa orang lain setelah ia meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Di keluarga besar PSS Sleman atau Slemania khususnya, nama Mbah Dirun sudah begitu akrab.

Namun bagi awam pengguna Stadion Tridadi Sleman tak pernah mengenalnya, karena memang bukan seorang pejabat atau orang ternama, meski ia mengemban tugas mulia khususnya terkait menjaga dan merawat kebersihan lingkungan seputar stadion.

Mengabdi hampir 10 tahun sebagai juru pungut sampah akibat tradisi dari penonton sepakbola yang belum sadar arti kebersihan, hingga pemangkas rumput disekeliling lapangan, semangatnya untuk ikut menyokong eksistensi klub kebanggaan masyarakat Sleman tersebut boleh dicontoh.

Ia merelakan merogoh koceknya yang serba kekurangan untuk mengikuti tour slemania, ketika PSS Melawat ke Persita Tangerang misalnya, Ia juga merelakan tubuh rentanya berhimpitan dengan penumpang kereta lainnya.

Kala itu pria berusia 65 tahun ini menjadi rombongan tertua di sebuah perjalanan tur. Bolamania tertarik untuk berbincang dengannya, paling tidak sekedar ingin tahu apa yang terpendam dibalik raut mukanya yang murung.

”Saya prihatin mas, prestasi PSS tahun ini kurang baik,” ucapnya lirih dari bibirnya yang kering di pelataran Stadion Benteng Tangerang Desember lalu.

Rekan-rekannyapun menghibur, dan mencoba meyakinkannya bahwa PSS akan lebih baik di kompetisi mendatang.

Namun rupanya harapan Muh Bahrudin atau akrab disapa Mbah Dirun tak terkabul, belum juga kompetisi kembali digelar, pria renta pendukung setia PSS itu keburu dipanggil Sang Khalik. Satu dedikasi bagi Mbah Dirun terhadap sepakbola Sleman adalah saat pemakamannya banyak punggawa Slemania yang hadir mengantarkan jenazah Mbah Dirun. Subagyo.


Full Lokal, Masih Bisa Eksis!

Jatuh bangun Manajemen PSIM untuk menggaet sponsor guna menopang finansial klub kebanggan Kota Yogyakarta ini, hingga kini tetap nihil. Meski dalam gebrakan awal PSIM terlihat antusias dengan menggaet pelatih sekelas Daniel Roekito, serta pemain-pemain yang cukup dikenal seperti M Irfan, Gendut Dony, Fajar Listyantoro dan Muh Bagong Anshori. Namun kini, satu persatu personel tersebut meninggalkan PSIM, setelah manajemen tak memberikan kepastian .

Meskibelum ada aktivitas nyata, masih tersisa pula satu dua pemain yang bertahan di Mess Pemain PSIM. pemain sayap kiri yang juga mantan pemain Siwijaya FC tahun 2006 lalu Gani Nugraha dan Libero PSIM tahun lalu Jony Sukirta terlihat santai,” Kami tetap menunggu kelanjutan kiprah PSIM dan saya optimis,” seru keduanya berbarengan. Dengan hanya bermodal pemain lokal seluruhnya, tim ini oleh bebrapa pihak diniali masih layak untuk berbicara di kompetisi Divisi Utama.

Tengok saja beberapa pemain asli Yogya masih setia bercokol, diantaranya Oni Kuriawan, Prasetyo Sugiantokiper, Seto Nurdiantoro, Muh Eksan(eks pemain Persiba Bantul), Dony Hermawan, Jony Sukirta, Gani Nugraha, Santoso( eks pemain Persiku Kudus), Furqon dan pemain magang binaan PSIM sendiri yang kualitasnya cukup baik. Subagyo

Lebih dekat dengan Peter Lipede


Betah, Dekat Sepupu

Diplot sebagai palang pintu pertahanan tim PSS oleh manajemen, bagi ekspatriat tim Macan putih bernomor punggung 32 ini akan dimanfaatkannya sebagai ajang pembuktian. Peter Rotimi Lipede, skuad anyar milik PSS bertekad mengibarkan tim Elang Jawa dalam mengarungi laga kompetisi divisi utama liga Indonesia tahun ini.

Janji itu terlontar dari pemlik berpostur 185 cm/75 kg kelahiran Abeokuta Nigeria, 29 Desember 1984, yang akrab disapa Peter ini. ” Jika diterima nanti, aku akan main total bagi tim ini !” tekadnya dengan bahasa Indonesia patah-patah

Meski begitu Peter sempat pesimis bisa bergabung di kubu PSS, pasal pada hari pertama seleksi 18 pemain asing yang tak kalah moncer diposisinya, ikut mengikuti seleksi. Seperti stopper PSS tahun lalu Anderson Da Silva,dan Gorge Oye Depo

Penggemar Band Peterpan ini mengaku tak terlalu risau jika kala itu gagal dalam seleksi di PSS, karena dalam waktu yang sama dirinya pun akan mencoba peruntungan disalah satu klub Indonesia serta klub asal Singapura.

Khalsa FC dan Sporting Afrique, adalah yang dibelanya sebelum gabung dengan pasukan Daniel Roekito Persik Kediri. Saat ditanya mengapa memilih PSS sebagai pelabuhannya, dan mengabaikan pinangan dari klub negeri Singapura, Peter beralasan selain biaya hidup lebih murah, Peter mengaku kepincut dengan tim di indonesia.

“Fanatisme penonton Indonesia paling bagus di Asia Tenggara, ini yang meggairahkan dan terlebih lagi Di Yogya ini saya satu kota dengan saudara sepupu saya Michael Ndubuisi, yang membela Persiba Bantul”.

Sedang keinginannya untuk bergabung dengan tim kebanggaan Slemania ini muncul sejak andil mendonasikan satu gol untuk Persik Kediri dengan menjebol gawang PSS di Stadion Maguwoharjo yang berujung dipecatnya pelatih asal Argentina Horacio A Montes tahun lalu.

Lantas bagaimana ia menyiasati image PSS yang telah terpatri selama 4 tahun lebih terhadp bayang-bayang nama besar Anderson da Silva ? “Pemain asing yang merumput di sini semuanya bagus, tapi memiliki keunggulan yang berbeda,” ucapnya diplomatis.

Nah, janji pemain bertahan namun memiliki naluri mengoyak jala lawan itu pantas dinantikan disetiap aksinya. Subagyo

Mengenai Saya

Foto saya
Sleman, Yogyakarta, Indonesia
Emoh basa-basi.....

Bolamania

Bolamania