8.7.08

In Memoriam, Mbah Dirun



Ingin PSS Berprestasi Tinggi

Sebagian diantara kita baru menyadari jasa orang lain setelah ia meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Di keluarga besar PSS Sleman atau Slemania khususnya, nama Mbah Dirun sudah begitu akrab.

Namun bagi awam pengguna Stadion Tridadi Sleman tak pernah mengenalnya, karena memang bukan seorang pejabat atau orang ternama, meski ia mengemban tugas mulia khususnya terkait menjaga dan merawat kebersihan lingkungan seputar stadion.

Mengabdi hampir 10 tahun sebagai juru pungut sampah akibat tradisi dari penonton sepakbola yang belum sadar arti kebersihan, hingga pemangkas rumput disekeliling lapangan, semangatnya untuk ikut menyokong eksistensi klub kebanggaan masyarakat Sleman tersebut boleh dicontoh.

Ia merelakan merogoh koceknya yang serba kekurangan untuk mengikuti tour slemania, ketika PSS Melawat ke Persita Tangerang misalnya, Ia juga merelakan tubuh rentanya berhimpitan dengan penumpang kereta lainnya.

Kala itu pria berusia 65 tahun ini menjadi rombongan tertua di sebuah perjalanan tur. Bolamania tertarik untuk berbincang dengannya, paling tidak sekedar ingin tahu apa yang terpendam dibalik raut mukanya yang murung.

”Saya prihatin mas, prestasi PSS tahun ini kurang baik,” ucapnya lirih dari bibirnya yang kering di pelataran Stadion Benteng Tangerang Desember lalu.

Rekan-rekannyapun menghibur, dan mencoba meyakinkannya bahwa PSS akan lebih baik di kompetisi mendatang.

Namun rupanya harapan Muh Bahrudin atau akrab disapa Mbah Dirun tak terkabul, belum juga kompetisi kembali digelar, pria renta pendukung setia PSS itu keburu dipanggil Sang Khalik. Satu dedikasi bagi Mbah Dirun terhadap sepakbola Sleman adalah saat pemakamannya banyak punggawa Slemania yang hadir mengantarkan jenazah Mbah Dirun. Subagyo.


Full Lokal, Masih Bisa Eksis!

Jatuh bangun Manajemen PSIM untuk menggaet sponsor guna menopang finansial klub kebanggan Kota Yogyakarta ini, hingga kini tetap nihil. Meski dalam gebrakan awal PSIM terlihat antusias dengan menggaet pelatih sekelas Daniel Roekito, serta pemain-pemain yang cukup dikenal seperti M Irfan, Gendut Dony, Fajar Listyantoro dan Muh Bagong Anshori. Namun kini, satu persatu personel tersebut meninggalkan PSIM, setelah manajemen tak memberikan kepastian .

Meskibelum ada aktivitas nyata, masih tersisa pula satu dua pemain yang bertahan di Mess Pemain PSIM. pemain sayap kiri yang juga mantan pemain Siwijaya FC tahun 2006 lalu Gani Nugraha dan Libero PSIM tahun lalu Jony Sukirta terlihat santai,” Kami tetap menunggu kelanjutan kiprah PSIM dan saya optimis,” seru keduanya berbarengan. Dengan hanya bermodal pemain lokal seluruhnya, tim ini oleh bebrapa pihak diniali masih layak untuk berbicara di kompetisi Divisi Utama.

Tengok saja beberapa pemain asli Yogya masih setia bercokol, diantaranya Oni Kuriawan, Prasetyo Sugiantokiper, Seto Nurdiantoro, Muh Eksan(eks pemain Persiba Bantul), Dony Hermawan, Jony Sukirta, Gani Nugraha, Santoso( eks pemain Persiku Kudus), Furqon dan pemain magang binaan PSIM sendiri yang kualitasnya cukup baik. Subagyo

Lebih dekat dengan Peter Lipede


Betah, Dekat Sepupu

Diplot sebagai palang pintu pertahanan tim PSS oleh manajemen, bagi ekspatriat tim Macan putih bernomor punggung 32 ini akan dimanfaatkannya sebagai ajang pembuktian. Peter Rotimi Lipede, skuad anyar milik PSS bertekad mengibarkan tim Elang Jawa dalam mengarungi laga kompetisi divisi utama liga Indonesia tahun ini.

Janji itu terlontar dari pemlik berpostur 185 cm/75 kg kelahiran Abeokuta Nigeria, 29 Desember 1984, yang akrab disapa Peter ini. ” Jika diterima nanti, aku akan main total bagi tim ini !” tekadnya dengan bahasa Indonesia patah-patah

Meski begitu Peter sempat pesimis bisa bergabung di kubu PSS, pasal pada hari pertama seleksi 18 pemain asing yang tak kalah moncer diposisinya, ikut mengikuti seleksi. Seperti stopper PSS tahun lalu Anderson Da Silva,dan Gorge Oye Depo

Penggemar Band Peterpan ini mengaku tak terlalu risau jika kala itu gagal dalam seleksi di PSS, karena dalam waktu yang sama dirinya pun akan mencoba peruntungan disalah satu klub Indonesia serta klub asal Singapura.

Khalsa FC dan Sporting Afrique, adalah yang dibelanya sebelum gabung dengan pasukan Daniel Roekito Persik Kediri. Saat ditanya mengapa memilih PSS sebagai pelabuhannya, dan mengabaikan pinangan dari klub negeri Singapura, Peter beralasan selain biaya hidup lebih murah, Peter mengaku kepincut dengan tim di indonesia.

“Fanatisme penonton Indonesia paling bagus di Asia Tenggara, ini yang meggairahkan dan terlebih lagi Di Yogya ini saya satu kota dengan saudara sepupu saya Michael Ndubuisi, yang membela Persiba Bantul”.

Sedang keinginannya untuk bergabung dengan tim kebanggaan Slemania ini muncul sejak andil mendonasikan satu gol untuk Persik Kediri dengan menjebol gawang PSS di Stadion Maguwoharjo yang berujung dipecatnya pelatih asal Argentina Horacio A Montes tahun lalu.

Lantas bagaimana ia menyiasati image PSS yang telah terpatri selama 4 tahun lebih terhadp bayang-bayang nama besar Anderson da Silva ? “Pemain asing yang merumput di sini semuanya bagus, tapi memiliki keunggulan yang berbeda,” ucapnya diplomatis.

Nah, janji pemain bertahan namun memiliki naluri mengoyak jala lawan itu pantas dinantikan disetiap aksinya. Subagyo

22.5.08

Mbrobos masuk stadion


Setyawan Tiada Tara

Jagat lawak Yogya mencatat, di pengujung 90-an nama Setyawan Tiada Tara tak lepas dari nama lain macam Kelik Pelipr Lara, Toni Pelita Hati, Bimo Berhati Nyaman dan Hari Selalu Dihati dalam kelompok Elbeha (Lembaga Bantuan Humor).

Setyawan Eka Rahmanta, nama aslinya, lahir di Yogya, 11 januari 1973. Ia pernah menjuarai Lomba Lawak Tingkat SMA se-DIY 1991, juara II Dagelan Mataram Jateng-DIY, juara Harapan III Nasional Bagito Cup, dan sebagainya. Bersama Toni Pelita Hati, adiknya, dan Bimo Berhati Nyaman, ia mendirikan kelompok lawak Plat AB di Perum Dalem Teratai Asri B/13-14, Jl Imogiri Barat Km 5, Yogya. Plat AB pernah membintangi program Komedi Bola Lativi hingga 26 episode.

Manajer Program dan Eksekutif Produser di RBTV (Retjo Buntung Teve) Yogya ini pernah bercita-cita menjadi striker atau kiper terkenal. Karenanya ia pernah mengidolakan Siswadi Gancis dan Inyong lolombulan, mantan kiper PSIM dan defender Sari Bumi Raya.

Ia punya pengalaman seru waktu kecil. “Saat masih tinggal di Semaki Kulon (sebelah barat Stadion Mandala Krida), saya pengin banget masuk stadion tapi nggak punya uang. Saya pakai aji pamungkas dengan minta digandeng orang dewasa. Kalau nggak ada yang mau, ya cari lagi gandengan lain sampai berhasil,” tutur suami Dewi Purnamasari dan ayah Salsa Bela Tara Dewi ini seraya terkekeh-kekeh. Subagyo

.

Yoga,Penalti dan nafsu






Yoga adalah seni latihan fisik, pernapasan, dengan mengombinasikan pengendalian pikiran (mind) asal India yang telah berusia 400 tahun. Ada banyak posisi dalam latihan Yoga, misalnya bediri, duduk, atau berbaring untuk membangkitkan energi relaksasi. Hanya saja bagi yang tak terbiasa dengan teknik ini terkadang mereka tidak sabaran.
Itu tutur Dyan Litasari, kakak kandung drumer kelompok musik Dewa, Agung Yuda Asmara, yang memilih yoga sebagai gaya hidupnya.
Seni pernapasan yoga, tambah Lita, bagi kaum hawa bisa sebagai terapi kebugaran dan kecantikan. Pantas saja ia masih kempling meski mantan model yang juga asisten instruktur yoga di Hotel Horison, Novotel, dan Marta Tilaar ini usianya sudah kepala tiga.
Omong-omong, yoga dan sepakbola bisa dikorelasikan? “Yoga cocok untuk pemain sepakbola. Selain memberi efek kebugaran fisik, melatih kekuatan mental, serta konsentrasi, sehingga bisa mengendalikan nafsu,” tandas Brand Manager Bakrie Life Semarang kelahiran Semarang 2 Mei 1974 ini kepada Bolamania di kediamannya, Jl Gemah Raya, Perum Kini Jaya, Semarang.
Maksudnya mengendalikan nafsu? “Yah, nafsu apa saja. Misalnya seorang pemain harus mengambil tendangan penalti. Saya sering lihat di televisi pada saat itu dia mengalami pressure karena harus gol tapi ternyata melenceng,” tandasnya. Subagyo

Magnet Persiba




Kekompakan pengurus, semangat kekeluargaan antar pemain adalah magnet Persiba Bantul bagi pemain dan pelatih lokal. Tak terkecuali bagi pemain Persiba asal Argentina itu yakni Ezequiel Gonzales.

Kehadirannya yang diam-diam kepergok bolamania sesaat setelah menginjakkan kakinya di mess bekas asrama transito transmigrasi kabupaten Bantul yang disulap menjadi mess pemain itu.

Kepada bolamania ia menuturkan bahwa keinginannya kembali bergabung di klub Persiba membuat pria kelahiran Bahia Blanca, 24 Januari 1983 nekat kembali ke Bantul tanpa melalui agen namun berangkat sendiri melalui perjalanan udara 30 jam melewati Afrika, Kuala Lumpur, Jakarta dan terakhir Yogyakarta.

Laki-laki semata wayang dari 4 bersaudara ini tak menggubris rengekan sang kakak Carolina dan kedua adiknya Florencia dan Mariana yang meminta dirinya untuk tak usah jauh-jauh ke Indonesia demi mendapatkan kembali klubnya.

Pengagum Zidane itu meniti karir sepakbola sejak usia 5 tahun dan mengawali kiprah sebagai pemain profesional di klub Alumni FC, (1988), Brown FC (199-2000), Estudiantes FC (2000-2005) sebelum berlabuh di Persiba Bantul (2006-2007) lalu. Di tim Persiba ia telah mengemas 13 gol.

Saat ditanya tentang aktifitasnya selama mudik kemarin, Ezequiel berucap,”Saya berlatih bergabung dengan tim daerah saya di Puerto Madryin, tapi tidak ikut kompetisi resmi,”.

Lantas apa alasan utama tutur pemilik postur 184 cm/74 kg itu kembali memperkuat tm the red itu ? “ Saya jatuh hati dengan keramahan Bantul, apalagi pengurus juga pelatih, serta rekan-rekan pemain memperlakuakan saya seperti keluarga,” a kunya dengan bahasa Indonesia patah-patah.

Lajang yang disebut mirip pemain Leonel Messi yang sempat membuat manajemen Arema Malang kepincut saat berlaga di piala copa tahun lalu. Jika Persiba tidak menginginkannya, Ezequiel bertekad akan mencari peruntungan di tim lain.”Sudah kepalang basah, niat saya merantau dan hidup dari sepoakbola”.

Kehadirannya di tim Persiba tahun lalu memang menjadi magnet tersendiri bagi kaum hawa. Wajahnya yang tampan membuatnya menjadi idola di Bantul.Keinginan Ezequiel sepertinya bakal tercapai, setelah lolos ferifikasi BLI dan siap dikontrak persiba Bantul.Subagyo

21.5.08

Magelang-Sleman



Entah bagaimana mulanya sehingga dara manis ini akrab dengan Kelompok suporter baik dengan supoerter jateng dan DIY bahkan kegemarannya nonton bola pun tidak luput dari seringnya mendapat job menyanyi pada perhelatan yang digelar para kelompok suporter mulai dari lounching pemain hingga beberapa even yang digelar suporter. Seperti beberapa waktu lalu, malamnya di Jepara mengisi acara menyanyi atas undangan Jetmen, paginya harus datang ke sleman dalam acara ulang tahun Slemania
.
Nia Rahmawati nama aslinya, kelahiran 6 Februari 1989 ini sebenarnya lebih dikenal sebagai primadona penyanyi dangdut pada Orkes Melayu. RAS yang kondang terutama di Pantura lantaran suaranya yang jenih dan dangdut banget.meski dia mengaku lebih suka menyanyikan lagu pop.
.
Menyoal hobi barunya nonton sepakbola, pemilik wajah melankolis dan tinggi 157 cm serta berat badan 45 Kg ini kepada Bolamania menuturkan,
“Awalnya saya tidak suka nonton bola mas, tapi karena sering ngobrol tentang sepak bola dengan teman-teman jadi penasaran. Nah kalau pas ada pertandingan di sadion Maguwoharjo sleman saya jadi sering lihat, akhirnya keterusan juga” Tuturnya kenes didampingi Nita Slemania.

Msih kata Nia Javancha dia bela-belain datang ke Stadion Sleman walaupun jarak dari tempat tinggalnya Kota Mungkid Magelang cukup jauh tapi tetap datang.
Lihat Bola apa Slemanianya Non?. “ Dua-duanya kalik,Ya” Pungkasnya sambil tersenyum simpul. Subagyo

Jodoh suporter sepakbola



Lebaran hingga syawalan adalah hari panen. Kue gurih itu dicicipi pula oleh Siska Taruna, pedangdut kesohor Yogyakarta. Ia kebanjiran job di perhelatan kecil hingga tempat-tempat wisata, bahkan sampai pantura, bersama Trio Cecak (singkatan dari cewek cakep, Red) yang terdiri dari dia, Bebby Satria, dan Endang Kharisma.
“Saya sempat bingung ketika mendapat tawaran menyanyi dan menari di Malaysia, Singapura, serta Korea. Saya ingin memantapkan karir saya dulu disini,” papar cewek kelahiran Bantul, 30 Maret 1988 ini ketika ditemui Bolamania di kediamannya, Jalan Magelang km 7,5. Saat itu ia tengah santai bersama ibunda yang juga manajernya, Sri Endang Pujiastuti.
Alumnus Seni Tari SMKI (Sekolah Menengah Musik Indonesia) Yogyakarta ini sebelum moncer bersama Trio Cecak lewat albumnya Bulu-bulu Romantis lebih dulu go nasional dengan albumnya Pantai Losari dan Nyi Ronggeng.
Nah, menyinggung dunia sepakbola, pemilik paras ayu yang emoh dibilang seksi ini berujar, “Sepakbola kita kayaknya makin seru aja, ya,” tutur pecinta PSIM ini tanpa mau mengurai lebih jauh.
Mengenai fakta bahwa suporter sepakbola kebanyakan pecinta musik dangdut, dara yang mengaku masih belum punya ‘pengawal’ ini tampak sumringah. Loh, mengapa? ”Eh, siapa tahu Siska mendapat pacar seorang suporter,” pungkasnya sambil mengumbar tawa. Subagyo

18.4.08

Sutikarno ditakuti pria



Suti Karno memang supel. Perempuan kelahiran Jakarta, 27 April 1966, ini tak seperti kakak-kakaknya, Rubby, Tino (alm), Rano, Sumbi, dan adiknya Nurly Karno yang terbilang cantik dan ganteng, tetapi ia adalah artis yang kental mendampingi Rano di antara enam saudara pasangan Soekarno M Noer-Istiarti.

Nah, ibu dari seorang anak adopsi ini santer digosipkan menyukai sesama jenis, lantaran kedekatannya dengan salah satu personel grup musik wanita Geger. Benarkah? “Saya bukan tak membutuhkan kehadiran pria, tapi jarang ada lelaki yang berani mendekati saya!” Selorohnya ambil cekikikan, di Stadion Benteng, Tangerang, beberapa waktu silam.

Suti sebenarnya telah lama akrab dengan kamera. Debutnya di layar lebar telah dimulainya tahun tujuh puluhan. Aktingnya bisa disimak dalam film Guruku Cantik Sekali (1977), Roman Picisan (1980), Anak-anak Malam (1986), Barang Titipan (1991), Akal-akalan, Lenong Rumpi, juga Amrin Membolos. Tak hanya sebagai pemain, sempat pula ia melakoni asisten sutradara dalam komedi situasi Usaha Gawat Darurat arahan sutradara yang juga adiknya, Nurly Karno.

Pertanyaannya, mengapa tiba-tiba ia nongol di tengah pertandingan Persita versus PSS Sleman itu? Usut punya usut, mantan pacar Harry Tjahyono, penulis skenario Si Doel Anak Sekolahan 2, ini mendampingi Rano dalam rangka kampanye pilkada Bupati Tangerang! Pantesan! Subagyo

Tiga Saudara Makin Kompak


Bagi kelompok suporter Yogyakarta, warna baju boleh beda, namun keakraban dan kebersamaan harus terpatri. Di Provinsi DIY bertengger 3 tim divisi utama, yakni PSIM, PSS, dan Persiba. Masing-masing memiliki suporter fanatik yang rawan gesekan dan ditunggangi oleh berbagai kepentingan. Menjaga kebersamaan bagi mereka adalah penting..

“Ini kegiatan biasa yang sering kami lakukan, kebetulan pas ada acara resmi teman-teman paserbumi!” tandas ketua Slemania R Supri Yoko pada saat acara pengukuhan DPP Paserbumi dan peresmian korwil-korwilnya, serta puncak acara ulang tahun Sekarbumi yang digelar di Gedung Kesenian Gabusan Bantul, pekan lalu, yang diamini Presiden Brajamusti Agung Damar Kusumandaru.

Tak heran jika pujian pun dilontarkan asisten manajer Persiba Balikpapan Yusran, SH dan merekomendasikan kepada Andy Wally, Ketua PFC (Persiba Fans Club) untuk mengapresiasi jiwa besar anak-anak Kota Budaya itu.

Suporter Nusantara sesungguhnyalah tak hanya sekadar obral jargon-jargon perdamaian dan basa-basi! Subagyo

Ahir Pengembaraan Yan












Rahasia Sandal Jepit
dan Gula Jawa

Masih ingat Tu Heryanto? Petani kelapa sawit Muara Enim yang berobsesi menjelajahi Nusantara dengan berjalan kaki ini menebarkan pesan perdamaian ke kantung-kantung kelompok suporter sepakbola di Indonesia.

Suatu pagi, pria ini mendadak nongol di redaksi Bolamania, kira-kira setahun lewat. Sejak itulah terjalin keakraban di antara kami. Ia mengaku pertama dimuat media cetak di Bolamania. ”Nanti saya akan kembali lagi,” tuturnya, pada subuh Maret 2007 ketika meninggalkan halaman kantor tabloid ini.

Nah, pria kelahiran Palembang, 29 Januari 1960 yang sekarang tampak kekar itu kini menepati janji. Ia datang lagi minggu lalu. Dari ranselnya ia membagi oleh-olehnya pembaca Bolamania, sebelum kembali ke kampung halamannya di Jalan Slamet Riyadi RT 7/RW 02, Palembang, Sumatera Selatan. ‘Cendera mata’ itu berupa segudang dokumentasi foto berikut pengalamannya di berbagai kota di negeri ini, dalam bentuk CD (sebagian fotonya kami muat di halaman ini).

Dengan mata berbinar, Bang Yan (begitu kami biasa menyapanya) mengisahkan suka duka selama melakukan ‘ritual’ perjalanannya tersebut. “Semula, saya rencanakan (perjalanan) hanya sampai Januari, namun molor hingga April,” akunya dengan senyum.

Ia punya resep khusus untuk menjaga stamina agar tetap fit. “Rahasianya, dalam setiap perjalanan selalu mengunyah gula merah dan memakai sandal japit dan masker penutup wajah,” bebernya.

Yan telah menghabiskan 20 sandal, 9 Kg gula merah, dan 125 masker selama berjalan kaki sepenjang kurang lebih 5000 Km. Untuk merambah semua daerah di Nusantra, ia telah 4 kali naik kapal dan 2 kali pesawat. Dari pengembaraannya itu ia mengumpulkan 7 buku besar berisi kliping dan tandatangan pemain atau suporter.

Ponsel Raib

Selama berkelana, ia pernah tiga kali kehilangan handphone. Padahal, dalam ponsel-ponsel itu ada nomor-nomor telepon tokoh sepakbola dan para pentolan suporter. “Ya mau bagaimana lagi. Sedih sih, apalagi HP itu penting dan sebagai alat komunikasi dengan keluarga,” ujarnya kelu.

Ironisnya ketiga HP-nya itu justru hilang saat beristirahat siang di masjid, yakni di Sukoharjo (Solo), Weleri (Kendal, Jateng), dan Ternate (Maluku). ”Itu karena keteledoran saya. Yah, nggak perlu disesali,” ucapnya seperti biasa, rendah tanpa emosi.

Perihal suporter, Yan memiliki pandangan seperti ini. Menurutnya, tiap kelompok suporter di daerah memiliki respon yang berbeda-beda terhadapnya. ”Tak semuanya ramah dan bersahabat. Bahkan ada yang bersikukuh tak menerima salam damai. Tapi itu hak mereka. Namun kalau bisa antarsuporter damai dan saling berbagi,” harapnya.

Malaria, Dirampok, Ditangisi

Saat mengunjungi Papua, ia terpaksa tidak bisa bertemu dengan suporter lantaran mondok di rumah sakit, karena gejala malaria. “Tapi di sana saya berbesar hati karena sejumlah pemain Persipura membezuk. Ini yang membuat saya punya keinginan sembuh yang kuat saat itu,” ungkap Yan.

Ada petualangan seru lain yang pernah ia alami, yakni dirampok! Peristiwa itu terjadi di wilayah Makasar ke arah Gorontalo yang berjarak 1.338 km. Jarak ini ditempuhnya hampir dua bulan, melewati pemeriksaan barikade pos polisi, dan menembus hutan maupun perbukitan yang sepi. Maklum saja, itu daerah konflik Poso, yang masih dijejali penembak gelap. “Tapi, alhamdulillah saya selamat,” katanya.

Kenangan lain, ia pernah ditangisi seorang ibu yang merasa iba kepadanya. Wanita ini adalah pemilik warung yang baru saja dihampiri Yan untuk makan siang. Si ibu bersikeras agar Yan naik kendaraan umum saja ketimbang berjalan kaki. “Saya tak henti-hentinya melambaikan tangan kepadanya,” tuturnya lirih.

Beragam kesusahan ia cecap. Berbagai rintangan menghadangnya. Namun, seribu keluh kesahnya sontak sirna jika ia berhasil menjumpai kelompok suporter yang dituju, terutama ketika di daerah tujuan tengah digelar pertandingan sepakbola!

Sampai kapan, Bang? Bukankah di kampung halaman ada Sumarni, Margareta, dan Yuliani (istri serta dua putrimu) telah menunggu dengan harap-harap cemas? Subagyo




Rute Perjalanan Yan 2007-2008

Bertolak dari Palembang menuju Jawa. Singgah pertama di markas Brajamusti (Yogyakarta), lalu Slemania (Sleman), Persikmania (Kediri), Aremania (Malang), Sakeramania (Pasuruan), Laskar Nagasakti (Bali), Deltamania (Sidoarjo), Bonek (Surabaya), Ultras (Gresik), LA Mania (Lamongan).

Berlanjut ke Ganster(Rembang), Basoka-SMM (Kudus), Jetmania-Banaspati (Jepara), Panserbiru-SneX (Semarang), Roban Mania (Batang), Viking (Bandung), Garda Purwa (Purwakarta), Kabomania (Bogor), The Jakmania (Jakarta), La Viola (Tangerang), North Jak (Jakarta Utara).

Lalu terbang ke kalimantan menemui Persiba Fans Club (Balikpapan), Pusamania (Samarinda), Mitrakukar-Mtmen (Tenggarong), Mandaumania (Bontang), The Masman (Makasar), Blue Devil-The Go Mania (Gorontalo), Persminona Mania(Minahasa), Supermen (Ternate), terakhir ke Papua, namun tidak bsa bertemu suporter Kiraha dan The Camen. (*)



Cinta Tim, Tidak Cinta Sepakbola

Dari pengembaraannya itu ia menyimpulkan bahwa suporter selama ini lebih mencintai tim, tapi tidak mencintai sepakbola. “Rata-rata mereka belum bisa menerima kekalahan dan selalu dekat dengan minuman keras. Karenanya jika aturan dari BLI terutama kepemimpinan wasit tidak adil, mudah sekali terjadi keributan,” lontarnya.

Yan pun memilih suporter terbaik versinya. Ia menyebut Slemania, karena selalu mendukung kesebelasannya, baik saat menang maupun kalah. “Tidak pernah ricuh, meski kuantitas mereka besar,” katanya.

Ia menyebut, jika ada dua kelompok suporter dalam satu wilayah yang mendukung tim yang sama, biasanya tak pernah akur dan cenderung saling menjatuhkan. Subagyo

2.4.08

Lupa Cari Bini!!!!!

Gareng Rakasiwi

Presenter dan MC(Master of Ceremonies)beken asal yogyakarta ini meniali Jateng dan DIY cocok untuk menggembleng pesepakbola menuju pentas nasional, sedang untuk dunia seni, yogya-solo adalah ajang kreatifitas yang pas.

Gareng,panggilan akrabnya, bukan mengigau, sarjana pendidikan Elektronik made in IKIP(sekarang UNY-red) kelahira Sleman 20 April 1993 bernama asli Dwiyanto Spd, ini contohnya,“ saya sudah wareg (kenyang-red) mas dengan hip-hopnya dunia panggung” cetusnya diawal perbincangan dengan bolamania di kediamannya griya Harapan Mulia I/ F condong catur Sleman pekan lalu. Saking asyiknya menyantap lezatnya dunia Enitertine hingga lupa mencari istri.” “Usaha sih getol terus, tapi belum ada jodoh” kelakarnya sambil garuk-garuk kepala..

Bujang yang ngaku lebih ganteng dari Joni Iskandar personil orkes melayu .PMR ini, semula dikenal sebagai pelawak berkat banyolan segarnya sebagai penyiar di Radio rakosa yogya 1993 silam,

Setelah moncer lewat garasi humornya bersama Beny kuncung dan Kelik pelipur lara duel macthnya sejak duduk dibangku SMA Babarsari, iapun lantas ditarik TV 7 (sekarang Trans 7-red ) berurutan menggawangi acara Lodruk glamour besama almarhum Asmuni, CS Campursari bersama Didi kempot dari 2001-2004 hingga 60 episode.

Kini memilih parkir sebagai Presenter di program Dangsdut Pro-nya TVRI Yogyakarta..
Boleh tahu, tarif Ngemci berapa mas gareng?. “Untuk suporter gratis, cukup uang saku” selorohnya.Yah, sama saja !. # Bagyo

Bunglon Merah !!



Ricci Kusuma

Dari deretan pedangdut yogyakarta dan sekitarnya, Ricci Kusuma bisa dibilang kinyis-kinyis, karena baru tiga tahun lalu terjun di dunia Entertenmen profesional hususnya menyanyi, namun untuk urusan job bisa seminggu 12 kali

Telentanya terasa disetiap aksi panggungnya, Dengan postur 155 Cm/49 Kg, artis cantik kelahiran 20 November 1989 ini bergerak ringan seperti kutu loncat dalam mneguasai panggung. Geliat darah mudanya meledak-ledak menyihir pnonton larut dalam iramanya.

Dalam keseharian, penggila bola yang sering diusung sebagai leader oleh DPP Brajamusti sebagai pendobrag semangat dalam melontar yl-yel, ini pun seperti baling-baling bambu alias tidak bisa diam..

Seperti bunglon, Orang akan terkecoh oleh penampilan pemilik nama asli Ricci Rhesty Nur Yhusinta ini, disetiap pentasnya mulai dari gaya, kostum, begitu juga disekolah

“ kalau bukan teman sesama cewek, mungkin tidak bisa menemukan aku disekolah” akunya kenes, kepada bolamania saat ditemuai di Panggung hiburan pura wisata Jogya pekan lalu tentang kiat menyembunyikan rambut pirang-nya ketika diskolahnya kelas III SMK I Depok SMK faforit di Sleman.

Namun sebagian Guru justru mendukung dengan dunia yang tengah dirilis nya.
Ricci Kusuma mendapat suport penuh dari sang mama Tatik Kusuma artis dangdut kondang era tahun. 80-an. tinggal di Jl.Magelang km.6,3 Yogya Saat ini Pembaca setia Bolamania ini Tengah merajut hari-hari menyongsong bintang.

Suka tingi kekar II




Maya chicha

Menyorot belantara musik dangdut kota yogya, tak lepas dari piprah penyanyi muda Maya chicha, kematangan vocal dipadu dengan gaya akrobatik mulai dari salto,kayang,panjat tiang sampai goyang meradang semua diusung diatas panggung melontarkan aroma kesempurnaan naluri entertener-nya, menyihir mata lelaki untuk enggan berkedip.. Bahkan kabar terahir model interaksinya dengan penonton sudah pada taraf membahayakan yakni dengan turun panggung memaksa kerja ekstra petugas scuriti.

Potret aksi panggung sicantik nama asli El Maya Masyidalena kelahiran yogyakarta, 20 Juni 1986 yang lekat dengan sepatu balet setiap pentas itu, terkesn liar dan binal , namun tak terbersit dalam kesehariannya yang santun dan bersahaja. Saat disambangi dirumahnya kawasan Kotagede Yogyakarta pekan lalu, penyabet gelar artis dangdut favorit 2007 versi koran ternama di yogya, ini tengah merawat budidaya tanaman hiasnya.
Menyoal kreasinya yang makin digandrungi pendeman dangdut yogya , kepada bolamania mengupas rahasianya ” Dari kecil aku biasa main jumpalitan dan panjat-panjatan, kebiasaan bengal itu tertular dari kedua saudaraku yang semuanya cowok”Kelakarnya smbil terkekeh-kekeh, didampingi sang ayah Edy Petra dan Ibu Hartati atau dikenal Tatik Puspita, keduanya era tahun 1980-an moncer di yogya sebagai musisi dan penyanyi.

Jika Pemilik postur 157/45 yang meniti karir sejak 5 tahun silam ini piawai bermain gitar, fasih dengan jenis musik campur sari hingga Regge, ini wajar karena sebelumnya pernah mendulang ilmu vocal di SMM( Sekolah menengah musik) Yogyakarta.

Bicara sepakbola?
“ Aku suka nonton Persaiba Bantul. Selain dekat, pemainnya tinggi kekar dan kuat-kuat” Pungkasnya kenes, sambil mengumbar seyum dan membesut pipinya yang ranum.
Iya,deh.. Bagyo

Kecantol Bolaa !!




Very Wulandari
Ada apa dengan Very wulandari yang belakangan akrab dengan stadion Maguwoharjo? Gosipnya dara cantik kelahiran sleman 12 Oktober 1982, pemilik tubuh ideal tinggi/berat 160 Cm/46 Kg ini tengah kasmaran dengan personil pemain PSS, benarkah.?. Teka-teki itu dibeberkan kepada Bolamania saat menyambangi dikediamannya jl.Magelang km 16,2 Sleman

“ Enggak lah mas, kalau dengan PSS-nya iya, saya demen bola awalnya nguping obrolan teman –teman slemania yang saat itu PAMMI( Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia) Sleman, lagi jalan bareng dengan mereka dalam even penggalangan dana bagi korban bencana banjir jakarta, terus nyoba lihat langsung kestadion eh malah ketagihan. Nggak tahunya sepakbola itu tontonan mengasyikan apalagi yang sedang main tim kesayangan wuh, asyik banget !”, bebernya kenes sambil mengusap pipinya yang ranum.

Sedang kedekatan mahasiswi UNY Vakultas ilmu Bahasa Jerman semester buncit ini dengan slemanona lantaran kepencut dengan kiprah sosialnya. Sedang balutan T-shirt hijau size M dan sepatu 37 yang dikenakannyapun memolesnya menjadi modis namun fmilier, tak salah jika diplot sebagai Humas pada komunitas suporter wanita super Elja tersebut.

Lantas bagaimana dengan habitat aslinya?
Putri dari pasangan Muhtadi dan siti Zubaida bernama asli Ma Vera Wulandari ini mewarisi darah seni olah vokal dari sang ayah yang penyanyi keroncong, Sedang gemerlap Entertain baru mendapat restu sang ibu setelah berstatus mahasiswi, hasilnya beberapa prestasi sempat ditorehnya diantaranya Juara Liga Dangdut Palm mania DIY (2004), Juara 3 Dulangmas(kedu,Magelang dan Banyumas-red) 2004, Juara 3 Ratu dangdut Jogja-Jateng 2005 dan penyandang predikat Artis Dangdut terfaforit fersi pembaca koran Merapi 2005.

Vera yang emoh disebut masih anak muda ini dikenal sebagai pedangdut tulen, meski piawai juga melantun tembang pop dan campursari. Dan ibundanya hanya nmengijinkan tournya seputar Jakarta dan jawa saja, repotnya lagi hingga kini belum ada pengawal tetapnya.
“ Sekarang saya sedang konsen dengan study, kebetulan saya menyanyi dengan free land jadi lebih bebas memilih waktu” Pungkas perempuan ayu ini samberi melontar senyum manisnya. # Bagyo
.

Mengenai Saya

Foto saya
Sleman, Yogyakarta, Indonesia
Emoh basa-basi.....

Bolamania

Bolamania